Manggarai Timur – Mantan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Agustinus Galvan kini jarang masuk sekolah usai mengundurkan diri beberapa hari yang lalu.
Beberapa guru di SMKN 1 Borong mengatakan hal ini kepada Nttupdate Selasa (8/10/2024).
“Dulu waktu masih menjabat Kepsek, dia rajin sekali masuk sekolah. Sekarang sudah jarang. Kemarin saja pas apel bendera, dia tidak ikut,” kata salah seorang Guru
Kabar terkait mundurnya Kepsek Agustinus dibenarkan oleh Korwas SMA/SMK, Dinas PPO Provinsi NTT, Lukas Sumba saat dikonfirmasi Wartawan belum lama ini.
Lukas mengaku sudah menerima surat pengunduran diri Kepsek Agustinus Galvan.
Di balik pengunduran diri Kepsek Agustinus Galvan, menyimpan beberapa persoalan yang belum terselesaikan.
Sejumlah Guru mengaku belum menerima jatah intensif yang seharusnya sudah diterima. Para guru mengaku mendapatkan perlakuan yang tidak adil terkait jatah intensif mereka saat Agustinus menjabat sebagai Kepsek.
Selain itu, kata mereka, terdapat masalah serius yang harus dipertanggungjawabkan oleh Mantan Kepsek.
Masalah itu terkait dugaan korupsi pembangunan gedung sarana penunjang yang dikerjakan asal-asalan.
Media ini mendapatkan informasi bahwa pembangunan gedung sarana penunjang tersebut seharusnya melalui sistem tender.
Namun, sejumlah pihak menyebut bahwa Mantan Kepsek Agustinus yang mengerjakan gedung tersebut, sehingga praktik indikasi korupsi menguat hingga ratusan juta.
“Pembangunan proyek tersebut bersumber dari Dana Alokasi Kusus (DAK) Tahun 2021 itu. Namun, proyek baru dieksekusi pada tahun 2022 ini, dengan pagu yang di ketahui sebesar Rp1.033.033.000,” katanya
Saat itu, kata dia, pengerjaan proyek tidak memasang papan Tender. Padahal Undang-Undang sudah mengatur agar wajib memasang plang informasi proyek sesuai Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan Nomor 70 Tahun 2012.
Dikutip dari sorot ntt, Robet Woni, Kepala Tukang, saat di konfirmasi Wartawan mengakui bahwa para pekerja tidak menggunakan APD/ K3 dan tidak menggunakan pasir kali untuk pencoran besi beton.
“Kami tidak gunakan APD/ K3. Sedangkan pekerjaan ini saat cor betonya tidak menggunakan pasir kali, tapi menggunakan pasir Bondo dan batu pecah. Saat proses pekerajan untuk alat molen ada satu buah, sedangkan jumlah pekerja kami ada 18 orang. Pekerjaan ini di awasi langsung oleh Kepala Sekolah,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pengerjaan gedung anggaran miliaran rupiah itu di borong senilai Rp150.000.000; padahal proyek swakelola mesti dikerjakan dengan pola padat karya.
Agustinus Galvan Daroly, Mantan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Peot belum berhasil dikonfirmasi oleh media ini.
Wartawan yang mendatangi SMKN 1 Borong pada Senin 7 Oktober 2024, tidak menemui mantan Kepsek SMKN 1 BORONG.
Warga berharap agar kasus ini dapat diusut tuntas agar tidak menimbulkan dampak negatif lebih lanjut bagi pendidikan di wilayah Borong.
Sementara itu, mantan kepsek hingga saat ini belum memberikan klarifikasi resmi mengenai isu ini.
Sumber Berita : SB