Realisme, Antara Refleksi dan Representasi Kehidupan

- Reporter

Jumat, 10 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

OPINI – Realisme adalah salah satu aliran dalam seni, sastra, dan filsafat yang menekankan pada penggambaran kehidupan sebagaimana adanya, tanpa embellishment atau romantisasi yang berlebihan. Aliran ini lahir sebagai respons terhadap gerakan Romantisisme yang sering kali menggambarkan dunia dengan penuh idealisme dan emosi yang mendalam.

Dalam realisme, dunia dipandang sebagai sesuatu yang konkret, nyata, dan bisa diamati dengan mata kepala.Dalam seni dan sastra, realisme menjadi respons terhadap romantisme, yang sering kali dianggap terlalu emosional dan idealis. Tokoh-tokoh seperti Gustave Courbet dalam seni rupa dan Fyodor Dostoevsky dalam sastra memperlihatkan bagaimana kehidupan nyata, termasuk perjuangan, konflik, dan kesederhanaan, bisa menjadi sumber inspirasi yang kuat.

Melalui pendekatan ini, realisme memungkinkan pembaca atau penonton untuk lebih terhubung dengan karya karena mereka merasa lebih dekat dengan kenyataan yang dialami sehari-hari.Latar Belakang SejarahRealisme muncul pada pertengahan abad ke-19, terutama di Eropa, ketika masyarakat sedang mengalami perubahan besar akibat Revolusi Industri. Urbanisasi, pertumbuhan kelas pekerja, dan perubahan sosial-politik membuat kehidupan sehari-hari menjadi tema yang relevan untuk diangkat.

Tokoh-tokoh seperti Gustave Courbet dalam seni rupa dan Honoré de Balzac dalam sastra mulai menampilkan kehidupan rakyat biasa, dengan segala kompleksitas dan kekurangannya.Di dunia seni, karya-karya seperti The Stone Breakers (1849) karya Courbet menampilkan buruh yang bekerja keras dengan detail realistis. Di sisi lain, dalam sastra, novel-novel seperti Madame Bovary karya Gustave Flaubert atau Anna Karenina karya Leo Tolstoy menggambarkan konflik-konflik manusia yang mendalam namun bersifat universal, tanpa melibatkan elemen-elemen fantastis.

Baca Juga:  KILAS BALIK JALAN ASPAL HOTMIX

Ciri-Ciri Realisme

1. ObjektivitasRealisme menghindari subjektivitas dan cenderung menyajikan fakta sebagaimana adanya. Pengarang atau seniman tidak memberikan opini pribadi yang dominan terhadap karya mereka, melainkan membiarkan pembaca atau penikmat seni menarik kesimpulan sendiri.

2. Penggambaran Kehidupan Sehari-HariKehidupan biasa dan orang-orang biasa menjadi fokus utama. Hal ini sering kali mencakup kehidupan kelas pekerja, petani, atau bahkan sisi gelap masyarakat seperti kemiskinan dan ketidakadilan sosial.

3. Detail yang MendalamDalam seni rupa maupun sastra, realisme menekankan pada detail. Objek-objek kecil, ekspresi wajah, atau dialog yang menyerupai percakapan nyata menjadi ciri khasnya.

4. Tidak Ada RomantisasiBerbeda dengan Romantisisme, realisme menolak untuk menggambarkan dunia dalam sudut pandang yang indah atau ideal. Dunia ditampilkan dengan segala kekurangannya, termasuk aspek-aspek buruk seperti keserakahan, kesedihan, dan penderitaan.

Kritik terhadap RealismePengaruh Realisme dalam Budaya ModernRealisme tetap relevan hingga hari ini, terutama dalam dunia film, teater, dan sastra modern. Film-film dokumenter, misalnya, adalah bentuk nyata dari realisme, di mana fakta-fakta kehidupan disajikan tanpa tambahan dramatisasi.

Baca Juga:  Era Digital, Dampak Modernisasi Terhadap Pendidikan

Dalam dunia sastra, aliran realisme magis, seperti yang ditemukan dalam karya Gabriel García Márquez, menggabungkan elemen-elemen realisme dengan unsur-unsur fantastis, menciptakan perpaduan yang menarik antara kenyataan dan imajinasi.Aliran realisme tidak hanya mempengaruhi seni rupa tetapi juga sastra, teater, dan film, dengan fokus pada representasi kehidupan nyata dan masalah sosial yang dihadapi masyarakat.

Realisme adalah salah satu aliran seni, sastra, dan filsafat yang berfokus pada penggambaran kehidupan sehari-hari secara objektif dan mendekati kenyataan. Aliran ini muncul sebagai respons terhadap romantisme yang cenderung idealis dan emosional. Dalam realisme, kehidupan ditampilkan sebagaimana adanya, tanpa embellishment atau pengidealisasian.

Ciri-ciri sastra realisme:

Realisme dalam Filsafat

Dalam filsafat, realisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa realitas eksternal ada secara independen dari pikiran manusia. Realisme sering dikaitkan dengan ontologi dan epistemologi, misalnya:

Realisme Klasik: Pandangan bahwa objek-objek di dunia nyata memiliki eksistensi yang independen dari persepsi manusia. KesimpulanRealisme adalah cermin kehidupan, sebuah cara untuk memahami dunia tanpa tirai ilusi atau dekorasi yang berlebihan. Dengan menampilkan dunia apa adanya, realisme memberikan ruang untuk refleksi mendalam dan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Namun, seperti cermin, realisme memiliki keterbatasannya. Ia hanya mampu menangkap apa yang terlihat di permukaan, sementara dimensi-dimensi lain dari pengalaman manusia—seperti imajinasi, harapan, dan mimpi—sering kali terlewatkan.

Baca Juga:  Ruteng Kota yang Harus Menjaga Warisan Airnya

Oleh karena itu, realisme bukanlah akhir dari pencarian seni atau filsafat, melainkan salah satu jalan untuk mendekati kebenaran.Dalam seni dan sastra, realisme menjadi respons terhadap romantisme, yang sering kali dianggap terlalu emosional dan idealis.

Tokoh-tokoh seperti Gustave Courbet dalam seni rupa dan Fyodor Dostoevsky dalam sastra memperlihatkan bagaimana kehidupan nyata, termasuk perjuangan, konflik, dan kesederhanaan, bisa menjadi sumber inspirasi yang kuat. Melalui pendekatan ini, realisme memungkinkan pembaca atau penonton untuk lebih terhubung dengan karya karena mereka merasa lebih dekat dengan kenyataan yang dialami sehari-hari.

Dalam filsafat dan ilmu sosial, realisme memiliki banyak cabang, termasuk realisme politik dan realisme dalam ilmu pengetahuan. Dalam politik, misalnya, realisme menekankan pentingnya kekuasaan dan kepentingan nasional dalam hubungan internasional, tanpa mengabaikan fakta bahwa manusia cenderung bertindak berdasarkan kepentingannya sendiri. Pendekatan ini dianggap pragmatis, meskipun sering dikritik karena cenderung sinis dan mengabaikan nilai-nilai moral.

Penulis : Maria Susandra Vevin

Berita Terkait

Era Digital, Dampak Modernisasi Terhadap Pendidikan
Sampah Plastik di Perkotaan, Ancaman Lingkungan Tercemar
Ruteng Kota yang Harus Menjaga Warisan Airnya
Waspada Lonjakan Timbulan Sampah Akhir Tahun di Kota Ruteng, DLH Manggarai Siap Puluhan Petugas dan Armada
MUI dan Ormas Islam di Kabupaten Manggarai Perkokoh Ukhuwah Islamiyah dan Watuhiyah dalam Mengawal Pembangunan Daerah
MUI dan Ormas Islam Kabupaten Manggarai Gelar Workshop Penguatan Kapasitas Pengurus
PENTINGNYA SALURAN DRAINASE DALAM KONSTRUKSI JALAN
PENTINGNYA DESAIN DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN

Berita Terkait

Jumat, 10 Januari 2025 - 18:46 WITA

Realisme, Antara Refleksi dan Representasi Kehidupan

Jumat, 10 Januari 2025 - 15:47 WITA

Era Digital, Dampak Modernisasi Terhadap Pendidikan

Jumat, 10 Januari 2025 - 15:29 WITA

Sampah Plastik di Perkotaan, Ancaman Lingkungan Tercemar

Jumat, 10 Januari 2025 - 09:35 WITA

Ruteng Kota yang Harus Menjaga Warisan Airnya

Jumat, 20 Desember 2024 - 07:22 WITA

Waspada Lonjakan Timbulan Sampah Akhir Tahun di Kota Ruteng, DLH Manggarai Siap Puluhan Petugas dan Armada

Minggu, 8 Desember 2024 - 21:33 WITA

MUI dan Ormas Islam di Kabupaten Manggarai Perkokoh Ukhuwah Islamiyah dan Watuhiyah dalam Mengawal Pembangunan Daerah

Minggu, 8 Desember 2024 - 09:40 WITA

MUI dan Ormas Islam Kabupaten Manggarai Gelar Workshop Penguatan Kapasitas Pengurus

Jumat, 14 Juni 2024 - 22:06 WITA

PENTINGNYA SALURAN DRAINASE DALAM KONSTRUKSI JALAN

Berita Terbaru

Opini

Realisme, Antara Refleksi dan Representasi Kehidupan

Jumat, 10 Jan 2025 - 18:46 WITA

Opini

Era Digital, Dampak Modernisasi Terhadap Pendidikan

Jumat, 10 Jan 2025 - 15:47 WITA

Opini

Sampah Plastik di Perkotaan, Ancaman Lingkungan Tercemar

Jumat, 10 Jan 2025 - 15:29 WITA

Opini

Ruteng Kota yang Harus Menjaga Warisan Airnya

Jumat, 10 Jan 2025 - 09:35 WITA